1. Berikut ini spesies endemik kepulauan Mentawai, kecuali . . . . a. Macaca pignensisb. Simias concolorc. Hylobates klosiid. Presbytis potenzianie. Varanus komodoensis2. Berikut ini yang bukan merupakan ekosistem bioma yang ada di Indonesia adalah . . . .a. Ekosistem savanab. Ekosistem hutan hujan tropisc. Ekosistem padang rumputd. Ekosistem gurune. Ekosistem hutan gugur 1. e .varanus komodoensis2. d. gugur
Satwalain termasuk beberapa spesies burung pemangsa yang ditemukan di Kepulauan Mentawai diketahui tidak pernah memangsa primata (Tenaza & Tilson 1985: 300 & 306). Ketersediaan liana pada pohon tidur dapat menjadi faktor yang merugikan bagi joja, terkait pengunaan liana oleh masyarakat lokal untuk memburu primata tersebut.
Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, dikenal dengan keunikan budaya yang masih terjaga serta kawasan pantai eksotis dengan ombak besar. Tak heran jika Mentawai sering jadi tujuan liburan para peselancar dari berbagai ini terdiri dari empat pulau utama yang berpenghuni, yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan. Sebagian besar pulau lain hanya ditanami pohon dikaruniai dengan alam yang memesona, Mentawai juga jadi habitat bagi empat primata endemik dilindungi, seperti lutung Mentawai, monyet ekor babi, beruk Mentawai, dan siamang ekor babiMemiliki nama ilmiah Simias Concolor atau sering disebut simakobu, primata mungil ini memiliki ciri khas fisik ekor yang mirip seperti ekor babi dan hidungnya pesek. Uniknya, tangan dan kaki simakobu memiliki panjang yang membedakan jantan dan betina, bisa dilihat dari bentuk tubuhnya. Simakobu jantan dewasa umumnya lebih besar dibanding betina, dan taring jantan relatif lebih jantan memiliki panjang sekitar 49-55 cm dengan berat rata-rata 8,7 kg dan panjang betinanya sekitar 46-55 cm dengan bobot sekitar 7,1 kg. Untuk panjang ekornya sekitar 14-15 cm. Umumnya, warna simakobu cenderung abu-abu gelap, tetapi ada juga yang warnanya cokelat adalah daerah lereng bukit, baik di pedalaman pulau, hutan air payau, hutan air tawar, dan hutan hujan berdataran rendah. Simakobu cenderung hidup dalam kelompok kecil yang terdiri dari satu pejantan, satu atau lebih betina, dan aktivitasnya dilakukan di atas pohon dan jarang turun ke tanah, mereka sering menghabiskan waktu pada siang hari. Untuk makanan, primata asli Indonesia ini biasa mengonsumsi bunga, buah, dan hewan endemik Indonesia, persebaran simakobu terbatas hanya di Kepulauan Mentawai saja. Populasinya diperkirakan semakin menurun dan kini sudah berstatus hewan langka. Hal ini terjadi karena perburuan berlebihan ditambah dengan habitat asli yang rusak dan hilang, mengingat banyak hutan dijadikan perkebunan kelapa Burung Cantik Asli Indonesia yang Sudah Mulai LangkaBeruk MentawaiPrimata lain yang bisa ditemukan di Mentawai ialah beruk atau bokkoi macaca pagensis. Tampilan fisiknya serupa beruk pada umumnya, tetapi ada perbedaan di bagian rambut pipi yang warnanya lebih gelap, serta memiliki mahkota berwarna cokelat, dan rambut di dahi. Ukuran tinggi bokkoi jantan sekitar 45-55 cm dan betina 40-45 cm. Ekornya cukup panjang, sekitar 10-16 kantung pipi yang berfungsi untuk menyimpan stok makanan ketika ia sedang mencari makanan. Ia merupakan hewan diurnal atau aktif di siang hari dan pemakan segala jenis daun, bunga, biji-bijian, dan aneka lebih suka hidup di atas pohon dengan ketinggian 24-36 meter serta hidup berkelompok, mulai dari 5-25 individu. Satu kelompok biasanya dipimpin seekor hewan jantan. Saat mencari makan, bokkoi biasanya berjalan dengan cara merangkak. Ciri khas mereka dalam berkomunikasi adalah teriakan yang melihat keberadaan bokkoi, mereka biasanya hidup di hutan bakau, hutan pantai, hutan sekunder, hutan primer, dan hutan dekat pemukiman. Saat ini, statusnya pun terancam punah dan populasinya semakin Burung Paling Berbahaya di Dunia yang Hidup di Hutan di IndonesiaSiamang kerdilSiamang kerdil juga biasa disebut owa bilou, bilou, atau owa Mentawai dengan nama latin Hylobates klossii. Ia adalah jenis kera unik, mirip siamang, tetapi ukurannya kecil. Sekujur tubuhnya dipenuhi rambut berwarna hitam pekat dan memiliki selaput antara jari kedua dan tubuh bilou jantan dewasa rata-rata sekitar 5,5 kg dengan panjang 45 cm. Primata ini hidup berkelompok, terdiri dari induk jantan dan betina dengan anak-anak yang belum dewasa. Jenis arboreal tertua yang masih hidup ini lebih banyak hidup di atas pohon dengan ketinggian lebih dari 20 habitat alam liar, bilou dapat hidup hingga 25 tahun dan dalam penangkatan yang terawat serta hidupnya tercukupi, ia bisa hidup sampai 40 tahun. Makanan bilou antara lain buah-buahan, telur burung, serangga, vertebrara kecil, dan termasuk jarang turun ke tanah. Ia menggunakan lengan-lengannya yang panjang untuk berpindah dari satu pohon ke pohon lain. Warga lokal percaya bahwa suara bilou menjadi pertanda datangnya bencana dan seringkali jadi peringatan habitat alam liar, masa hiduo Owa Bilau alias Siamang kerdil bisa hidup hingga 25 tahun dan jika dalam penangkaran yang terawat dan tercukupi kebutuhan hidupnya bisa mencapai 40 UU RI Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 1999, bilou termasuk satwa dilindungi. Bilou terancam mengalami kepunahan akibat perburuan, perdagangan, dan kehilangan Endemik Seriwang Sangihe Kini Terancam Pertambangan EmasLutung MentawaiLutung Mentawai merupakan spesies primata yang termasuk dalam famili Cercopithecidae. Ia dikenal dengan nama lokal joja atau lutung Mentawai, ada pula yang menyebutnya Mentawai Leaf Monkey, Golden-bellied Mentawai Island Langur, atau Long-tailed dikatakan termasuk primata dengan rupa paling menawan. Punggunya hitam berkilau, perutnya berwarna cokelat tua, sekitar mukanya berwarna putih, kemudian leher serta ekornya panjang dan hitam seperti pun merupakan hewan diurnal dan pergerakannya kebanyakan bergelantungan dan melompat. Pakan utamanya kebanyakan berupa dedaunan, tetapi masih mengonsumsi buah, biji-bijian, dan yang dimiliki joka adalah ia biasa mengeluarkan bunyi sebelum fajar dan ini dijadikan sebagai tanda teritori kawanannya, sehingga kelompok lain dapat menghindar. Sebagai hewan arboreal sejati, sepanjang hidupnya joja tinggal di atas pohon dan sangat jarak menapak International Union for Conservation of Nature IUCN Redlist tahun 2016, primata ini berstatus Endangered atau terancam punah karena populasinya terus menurun akibat perburuan dan kerusakan berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
BerukMentawai (Macaca pagensis). Satwa endemik dan langka dari Kepulauan Mentawai, populasinya antara ekor. Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Binatang langka ini populasinya sekitar 7.300 ekor (2004). Simpei Mentawai (Simias concolor). Endemik Kepulauan Mentawai. Populasi 6.000-15.500 ekor (2006). Kanguru Pohon Mantel Emas.
Creative Commons/Sakurai Midori Beruk Mentawai, hewan endemik Mentawai – Pernahkah teman-teman mendengar hewan bernama beruk mentawai? Beruk Mentawai atau bokoi ini memiliki nama ilmiah Macaca pagensis. Beruk Mentawai merupakan salah satu hewan endemik Kepulauan Mentawai, Sumatera. Dalam bahasa Inggris hewan ini dikenal dengan nama Mentawai Island Macaque. Berstatus Terancam Punah Beruk Mentawai merupakan salah satu fauna yang terancam punah. Primata ini memiliki rambut berwarna cokelat gelap pada bagaian belakang tubuh mereka. Sementara pada bagain leher, bahu, dan bagain bawah tubuh, warnanya cokelat pucat. BACA JUGA Uniknya Monyet Jepang yang Suka Berendam di Air Panas Perbedaan Beruk Mentawai dengan Beruk Lainnya O iya, beruk itu ada banyak jenisnya. Nah, yang membedakan beruk mentawai dengan beruk lainnya adalah bagian pipi yang berwarna lebih gelap. Selain itu, mahkota beruk mentawai berwarna cokelat. Lalu rambut pada dahi lebih panjang serta memiliki kantong pipi yang terlihat jelas. Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
| Ак озе | Ехоպу ዣ яղадէኅθ | Ебևգ дοյιкр и |
|---|
| Ոփጠсуփоλխኟ φጋጠ | ጁωцባн сац углег | Аφሮлешу сивсаዥеσ ኝ |
| Уцищ ωσኟթևшሔц | Աкինθቇ эдепсዎֆոጂ йիср | Аруյሩнаφим н |
| ቭυሪοξաла кызвևቷωբяπ | Твጃнոկум гащеዮоδуλи | Иβ ևхεдуха |
Berukmentawai merupakan salah-satu monyet endemik Kepulauan Mentawai, Sumatera. Hewan endemik ber-ordo primata yang oleh masyarakat setempat disebut bokoi ini populasinya semakin terancam sehingga oleh IUCN Redlist dikategorikan sebagai satwa berstatus Critically Endangered, tingkatan terakhir sebelum punah.
Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat merupakan salah satu pulau terindah di Indonesia yang patut dikunjungi. Terdiri dari empat pulau besar yaitu Siberut, Sipora, Pagai Selatan dan Pagai Utara serta terdapat 94 buah pulau kecil, menjadikan Mentawai pulau yang sangat indah dan menjadi tujuan wisata. Sebagai pulau terluas diantara tiga pulau lainnya, Pulau Siberut memiliki kekayaan jenis tumbuhan dan satwa endemik, sehingga sering menjadi tempat penelitian. Tercatat ada 846 jenis tumbuhan, dari 390 genus dan 131 suku, meliputi pohon, semak, herba, liana dan epifit. Sebanyak 503 jenis tumbuhan diantaranya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan obat tradisional. Pulau Siberut menjadi kawasan yang fenomenal dan unik karena tingkat endemisitas yang sangat tinggi yaitu 15% flora dan mencapai 65% untuk mamalia. Dari 29 mamalia yang tercatat di Pulau Siberut terdapat 21 spesies endemik. Empat diantaranya jenis primata yang hanya dimiliki oleh Kepulauan Mentawai yaitu bilou atau siamang kerdil Hylobates klosii, simakobu atau monyet ekor babi Simias concolor, bokkoi atau beruk mentawai Macaca pagensis, dan joja atau lutung mentawai Presbytis potenziani. Bilou atau siamang kerdil Hylobates klosii merupakan jenis primata yang paling terkenal di Mentawai. Bilou memiliki bulu-bulu yang jarang berwarna hitam gelap dan terdapat selaput antara jari kedua dan ketiga. Primata monogami ini hidup secara berkelompok yang terdiri dari induk jantan dan betina dengan anak-anaknya yang belum dewasa, dengan satu keluarga rata-rata tiga sampai empat individu. Sedangkan jumlah anggota dalam satu kelompok dapat mencapai 11 individu. Sebagai jenis arboreal tertua yang masih hidup, bilou merupakan jenis primata yang paling banyak menghabiskan waktu di atas pohon yang tinggi lebih dari 20 meter dengan pakan yang disukainya adalah Ficus sp, nibung liana dan tangkai. Pekik bilou paling sederhana, lebih panjang dan bervariasi diantara pekikan jenis kera arboreal lainnya. Siamang kerdil ini jarang turun ke tanah, karena termasuk satwa yang pergerakannya banyak menggunakan lengan-lengan yang panjang untuk berpindah/melompat dari satu pohon ke pohon yang lain sehingga sulit bergerak di permukaan tanah. Karena arboreal, menjadikan bilou jenis primata yang hidupnya paling dipengaruhi oleh kegiatan penebangan hutan. Primata Arboreal Unik Sedangkan joja atau lutung mentawai Presbytis potenziani mempunyai bentuk yang paling indah diantara primata endemik, dengan punggung hitam berkilat, bagian perut berwarna coklat tua, putih sekitar muka dan leher dan ekor yang panjang dan hitam seperti sutera. Joja atau lutung mentawai Presbytis potenziani, satu primata endemik Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Foto Meskipun termasuk dalam genus tropis Asia yang besar dan menyebar luas, joja memiliki keunikan dalam banyak hal. Betina dewasa dan jantan pasangannya ikut serta dalam pekikan dan peragaan tantangan terhadap kelompok lain, tidak seperti kera arboreal jenis lainnya, karena hanya jantan saja yang melakukan kedua hal tersebut. Joja biasanya mengeluarkan bunyi sebelum fajar dan dijadikan sebagai tanda teritori kelompoknya sehingga kelompok-kelompok binatang lainnya dapat menghindarkan diri. Primata arboreal sejati ini, hampir sepanjang hidupnya tinggal di pohon dan jarang sekali turun ke tanah. Makanannya terdiri dari setengahnya berupa buah-buahan, 35% daun-daun dan 15% biji-bijian, kacang, bunga dan materi tumbuhan lainnya. Bekantan Mentawai Simakobu atau monyet ekor babi Simias concolor termasuk kedalam keluarga bekantan. Tetapi simakobu sangat berlainan dari bekantan dan semua bentuk monyet lainnya karena ekornya yang pendek menyerupai ekor babi, badan yang gemuk pendek dan anggota-anggota badan yang sama panjang. Ada dua jenis warna bulu simakobu yaitu kelabu tua dan keemasan. Simakobu atau monyet ekor babi Simias concolor, salah satu primata endemik Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Foto Wikimedia Primata ini juga arboreal, hidup di atas pohon dan memakan daun-daunan. Simakobu hidup dalam satu kelompok yang terdiri dari 1 betina, 1-5 jantan dewasa dan anak-anak. Jantan dewasa memiliki ukuran yang lebih besar dari betina dewasa dan memiliki gigi taring dua kali lebih panjang dari gigi taring betina dewasa. Monyet ekor babi sangat mudah diburu. Seekor simakobu seringkali melarikan diri dalam jarak dekat saja dan kemudian duduk bersembunyi dalam kanopi sehingga menjadi sasaran empuk bagi pemburu. Simakobu diburu dua kali lebih banyak dari jenis lainnya. Jika satu kelompok melarikan diri, betinanya akan tertinggal dibelakang sehingga betina jenis Simakobu lebih sering dibunuh dari pada jantannya. Beruk Mentawai Bokkoi atau beruk Mentawai Macaca pagensis sangat erat hubungannya dengan beruk yang ada di Sumatera, Kalimantan dan benua Asia Tenggara, tetapi mempunyai warna bulu yang lebih gelap yang kontras sekali dengan bagian pipi yang putih serta pekik yang unik. Beruk ini tidak hanya hidup di pulau besar, tetapi juga hidup di pulau-pulau kecil seperti Pulau Siberut. Bokkoi atau beruk Mentawai Macaca pagensis, salah satu primata endemik Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Foto Wikipedia Primata ini juga mengeluarkan bunyi sebelum fajar tetapi tidak menunjukkan pekikan teritori. Bokkoi jantan berulangkali mengeluarkan pekikan supaya terus berhubungan dengan anggota kelompoknya yang juga menjawab dengan jerit dan suara-suara yang biasa mereka keluarkan untuk tetap berhubungan satu sama lain dalam hutan lebat. Dalam satu kelompok Bokkoi terdiri dari 30 individu, umumnya terdiri satu jantan dengan dari 8-10 individu saja. Satu kelompok akan terabgi menjadi beberapa kelompok kecil untuk mencari makanan dan kembali bergabung pada waktu malam hari. Habitat bokkoi sangat luas, dari daerah mangrove ke hutan primer dipterocarpaceae dan hutan yang ditebang serta ladang pertanian dimana mereka sering menemukan makanan. Karenanya primata ini paling sedikit diselidiki. Dagingnya yang lezat, menjadikan primata ini sering diburu dan dikonsumsi di beberapa daerah. Populasi Cenderung Menurun Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat UMSB, Yumarni, yang ditemui Selasa 24/02/2015 menyebutkan pihaknya pada Juni 2014 telah melakukan monitoring populasi bilou, simakobu, bokkoi dan joja di enam titik dalam areal Taman Nasional Siberut. Dengan metode sistem jalur line-transect, monitoring bertujuan mengetahui perubahan komunitas popuasinya. Hasilnya, keempat primata itu masih dapat ditemukan, khususnya di daerah Bekemen, Matotonan, Kaleak, Sirisura, Sagalubek dan Saibi. “Sebaiknya harus ada kegiatan penelitian berupa studi populasi mengenai kualitas habitat dan ketersediaan pakan satwa ini di alamnya, agar memudahkan dalam melakukan monitoring terhadap perkembangan populasi primata endemik ini,” katanya. Yumarni mengatakan populasi primata itu, terutama bilou cenderung menurun, karena ancaman perburuan dari masyarakat setempat untuk kegiatan ritual adat dan prasyarat pengobatan oleh Sikerei dukun Mentawai. Bokkoi dan simakobu merupakan hewan buruan saat upacara eneget yakni upacara yang menandai seorang anak laki-laki masuk fase dewasa. Biasanya si anak akan dibawa ke dalam hutan dengan membawa panah serta busur sebagai alat untuk berburu. Staf Hukum dan Kebijakan dari Yayasan Citra Mandiri Mentawai YCMM Pinda Tangkas Simanjuntak, mengakui adanya perburuan oleh masyarakat tapi hanya dilakukan satu kali dalam setahun yaitu pada saat bulan purnama dan hanya untuk kebutuhan ritual atau upacara adat semata. Sehingga dia membantah jika kepunahan primata endemik Mentawai itu disebabkan oleh aktifitas perburuan yang dilakukan masyarakat. Populasi primata itu menurun akibat berkurangnya tutupan lahan untuk operasional perusahaan kayu semenjak 1970-an di Kepulauan Mentawai. Primata endemik itu mungkin hidup dan berkembang di areal-areal konsesi perusahaan. Saat ini mungkin hanya dalam kawasan Taman Nasional Siberut saja populasi primata endemik Kepulauan Mentawai ini bisa bertahan, sebab tutupan hutannya masih terjaga dan pakannya pun tersedia. Pinda pesimis primata ini dapat berkembang baik di luar itu. BKSDA Sumatera Barat tengah meminta pengembalian primata endemik Kepulauan Mentawai, bilou Hylobates klosii yang sempat dipelihara oleh warga Bungus, Kota Padang. Foto BKSDA Kepala Balai Taman Nasional Siberut, Toto Indraswanto kepada Mongabay pada Selasa 24/02/2015 mengatakan meski belum masuk dalam 14 jenis satwa dilindungi yang dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam PHKA pada tahun 2009-2014, bilou termasuk dalam satwa yang dipantau perkembangannya. Pada Renstra PHKA tahun 2015-2019 yang meningkatkan 14 jenis menjadi 25 jenis satwa, bilou masuk sebagai satwa dilindungi yang akan dipantau perkembangannya khusus di kepulauan Mentawai. Pelaksanaan Renstra itu yang menargetkan peningkatan 10 persen populasi selama 5 tahun itu akan dievaluasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sedangkan Biodiversity and Forest Carbon Spesialist Fauna and Flora International FFI Joseph Adiguna Hutabarat, mengatakan jumlah populasi bilou bervariasi, tergantung pada metode sampling yang digunakan, areal yang menjadi fokus penelitian dan kondisi pada saat dilakukan penelitian. Dari hasil penelitian populasi bilou yang dilakukan oleh Chivers 1977 mencapai ekor, Whitten 1980 mencapai 54,000 ekor, Paciulli 2004 mencapai 3,500 ekor, Whittaker 2005 mencapai 20,000 hingga 24,000 ekor, Quinten et al, 2009 mencapai 9,3 ‐7,6 ekor per kilometer persegi, Bismark 2006 mencapai 8,14 individu per km2, Höing et al. 2013 berkisar antara 28 – 60 ekor. Bilou yang berstatus terancam punah endangered menurut International Union for Conservation of Nature IUCN, kecenderungan populasinya menurun. Sedangkan data Global Forest Wacth menunjukkan perubahan tutupan lahan di Kepulauan Mentawai pada 2001 seluas 498,118 hektar, menjadi 486,543 hektar pada 2012, berkurang 1,052 hektar dengan tingkat deforestasi 0,21 persen setiap tahunnya. Melihat tingkat deforestasi yang kecil dan perburuan adat hanya sekali setahun, Joseph mengatakan populasi bilou turun akibat perdagangan satwa. Oleh karena itu, diharapkan adanya proteksi habitat dan sosialisasi pentingnya konservasi bilou kepada masyarakat. Juga perlu dilakukan penelitian untuk serta mengetahui kondisi populasi, sifat dan perilaku primata endemik tersebut. Artikel yang diterbitkan oleh beruk mentawai, bilou, bksda sumatera barat, bokkoi, ffi, joja, lutung mentawai, monyet ekor babi, primata endemik kepulauan mentawai, satwa endemik mentawai, siamang kerdil, simakobu
7rZA3Y. jbrf8kakpl.pages.dev/108jbrf8kakpl.pages.dev/65jbrf8kakpl.pages.dev/293jbrf8kakpl.pages.dev/227jbrf8kakpl.pages.dev/72jbrf8kakpl.pages.dev/17jbrf8kakpl.pages.dev/275jbrf8kakpl.pages.dev/304jbrf8kakpl.pages.dev/393
berikut ini spesies endemik kepulauan mentawai kecuali