Ikanyang disebut juga Celebes Medaka ini adalah spesies ikan hias kecil cantik di keluarga Adrianichthyidae. Ini endemik sungai, sungai dan danau di pulau Sulawesi Indonesia dan satu sungai di Timor Timur. 20. Sundadanio axelrodi. Endemik asli Kepulauan Sunda Besar dan Sumatra serta Kepulauan Riau dan Pulau Bangka di lepas pantai timur Sumatera.
Padang, ANTARA News - Empat spesies kera endemik di Siberut, satu Pulau di Kab. Kepulauan Mentawai, Sumbar, yakni bilou atau siamang kerdil hylobtaes klosii, simakobu atau monyet ekor babi siamias concolor, bokkoi atau beruk mentawai macaca pagensis dan joja atau lutung mentawai presbytis potenziani, kini terancam punah. "Punahnya spesies satu-satunya di dunia itu bisa terjadi akibat pembalakkan serta perburuan yang hingga kini masih tinggi," kata Frans Romeo, anggota Tim Terpadu Penelitian Hutan Produksi Siberut, Walhi Sumbar kepada ANTARA di Padang, Selasa 21/3. Menurut dia, perburuan spesies langka bernilai komersial itu cukup tinggi. Selain pasar lokal, ia tidak memungkiri satwa langka itu juga diperdagangkan ke luar negeri. "Pulau Siberut tergolong pulau kecil tapi mempunyai kekayaan primata endemik yang tinggi," katanya. Ia mengatakan, spesies itu sangat rentan terhadap perubahan habitat dan tata guna lahan, utamanya konversi hutan primer untuk perkebunan. Empat spesies langka itu, tambah dia, juga rentan terhadap aktivitas konversi fungsi non hutan lainnya maupun penebangan hutan primer dalam praktek HPH Berdasarkan penelitian LIPI 1995, kata Frans, bilou menghabiskan 66,66 persen waktunya di hutan primer, sedangkan joja 53,35 persen, simakobu 50,02 persen dan bokkoi 53,20 persen. "Satwa langka tersebut banyak yang punah ketika mereka ke luar dari habitatnya," katanya.* COPYRIGHT © ANTARA 2006
BerukMentawai (Macaca pagensis). Satwa endemik dan langka dari Kepulauan Mentawai, populasinya antara ekor. Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Binatang langka ini populasinya sekitar 7.300 ekor (2004). Simpei Mentawai (Simias concolor). Endemik Kepulauan Mentawai. Populasi 6.000-15.500 ekor (2006). Kanguru Pohon Mantel Emas (). Endemik Papua, populasinya N/A.
Jakarta - Lembaga Konservasi Taman Safari Indonesia TSI dan Taman Nasional Siberut melakukan kegiatan survey keanekaragaman jenis-jenis primata endemik Kepulauan Mentawai pada Juli 2017 hingga Maret - April 2018. Hasil survey tersebut menunjukkan data bahwa populasi empat jenis primata endemik di Kepulauan Mentawai cenderung menurun. Adapun 4 jenis primata endemik tersebut di antaranya bilou atau siamang kerdil Hylobates klosii, joja atau lutung mentawai Presbytis potenziani, monyet ekor babi Simias concolor dan bokkoi atau beruk Mentawai Macaca pagensis. Keempat jenis primata ini tersebar merata di daerah Researcher Taman Safari Indonesia, Walberto Sinaga, menjelaskan laju penurunan populasi primata endemik ini diakibatkan oleh beberapa faktor. "Faktornya perburuan liar, rusaknya habitat akibat deforestasi, dan perambahan hutan. Penurunan populasi juga disebabkan adanya ancaman manusia yang mencakup perburuan dan hilangnya habitat karena manusia terus menebang hutan-hutan tropis secara besar-besaran, membangun jalan, pemekaran wilayah, dan menambang," jelas Walberto kepada detikcom Kamis 25/10/2018. Walberto turut mengungkapkan menurunnya populasi memang tidak bisa dikatan langsung terancam punah. Melainkan harus melalui kajian penelitian terlebih dahulu. "Akan tetapi jika di suatu daerah pernah dilakukan penelitian populasi dengan temuan jumlah yang besar dan dalam beberapa tahun kemudian dilakukan penelitian kembali tidak ditemukan atau populasi menurun, maka spesies dapat dikatakan terancam. Untuk mempertahankan keragaman genetik primata, minimal populasi berukuran 50-500 individu agar populasi dapat berkembang biak," atau beruk Mentawai menjadi salah satu primata endemik Kepulauan Mentawai yang populasinya menurun Foto Dok Taman Safari IndonesiaOleh karena itu, TSI melakukan survey ini demi mengetahui jenis-jenis, populasi, dan penyebaran primata endemik Kepulauan Mentawai serta mengindentifikasi tindakan-tindakan konservasi lanjutan yang akan dilakukan ke depannya."Langkah pertama Taman Safari Indonesia dalam mengatasi penurunan populasi primata endemik di Kepulauan Mentawai dengan cara melakukan penelitian dahulu terhadap jumlah populasi di alam. Selanjutnya melakukan kegiatan konservasi melalui program monitoring populasi satwa, membantu Taman Nasional Siberut membangunkan kandang sementara untuk primata yang disita dan akan dilepaskan balik ke hutan," depannya, TSI juga akan melakukan konservasi edukasi untuk masyarakat Mentawai yang hidup dekat dengan tempat tinggal primata tersebut. Dimulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA dengan tujuan agar masyarakat teredukasi sejak dini mengenai pentingnya konservasi satwa primata. "Dari sisi pencegahan terhadap satwa primata endemik dilakukan koordinasi antar tokoh adat, tokoh pemuda, instansi pemerintah, dan lembaga-lembaga yang terkait terhadap kawasan di Kepulauan Mentawai," pungkasnya. ega/idr Berikutini adalah spesies-spesies paus paling besar di dunia, yang layak kita ketahui. FAKTA UNIK DAN MENAKJUBKAN. Paus Biru SEPUTAR DUNIA HEWAN. Mamalia laut ini masuk ke dalam subordo paus balin dan dipercaya sebagai hewan paling besar yang pernah ada. Panjangnya lebih dari 33 meter, dengan berat mencapai 181 ton atau lebih.Satwaendemik dan langka dari Kepulauan Mentawai, populasinya antara ekor. Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Binatang langka ini populasinya sekitar 7.300 ekor (2004). Simpei Mentawai (Simias concolor). Endemik Kepulauan Mentawai. Populasi 6.000-15.500 ekor (2006). Kanguru Pohon Mantel Emas. Endemik Papua, populasinya N/A.
Joja atau lutung mentawai menjadi salah satu primata endemik Kepulauan Mentawai yang populasinya menurun/Foto Dok Taman Safari Indonesia Jakarta – Lembaga Konservasi Taman Safari Indonesia TSI dan Taman Nasional Siberut melakukan kegiatan survey keanekaragaman jenis-jenis primata endemik Kepulauan Mentawai pada Juli 2017 hingga Maret – April 2022. Hasil survey tersebut menunjukkan data bahwa populasi empat jenis primata endemik di Kepulauan Mentawai cenderung menurun. Adapun 4 jenis primata endemik tersebut di antaranya bilou atau siamang kerdil Hylobates klosii, joja atau lutung mentawai Presbytis potenziani, monyet ekor babi Simias concolor dan bokkoi atau beruk Mentawai Macaca pagensis. Keempat jenis primata ini tersebar merata di daerah Researcher Taman Safari Indonesia, Walberto Sinaga, menjelaskan laju penurunan populasi primata endemik ini diakibatkan oleh beberapa faktor. “Faktornya perburuan liar, rusaknya habitat akibat deforestasi, dan perambahan hutan. Penurunan populasi juga disebabkan adanya ancaman manusia yang mencakup perburuan dan hilangnya habitat karena manusia terus menebang hutan-hutan tropis secara besar-besaran, membangun jalan, pemekaran wilayah, dan menambang,” jelas Walberto kepada detikcom Kamis 25/10/2022. Walberto turut mengungkapkan menurunnya populasi memang tidak bisa dikatan langsung terancam punah. Melainkan harus melalui kajian penelitian terlebih dahulu. “Akan tetapi jika di suatu daerah pernah dilakukan penelitian populasi dengan temuan jumlah yang besar dan dalam beberapa tahun kemudian dilakukan penelitian kembali tidak ditemukan atau populasi menurun, maka spesies dapat dikatakan terancam. Untuk mempertahankan keragaman genetik primata, minimal populasi berukuran 50-500 individu agar populasi dapat berkembang biak,” katanya. Bokkoi atau beruk Mentawai menjadi salah satu primata endemik Kepulauan Mentawai yang populasinya menurun Foto Dok Taman Safari Indonesia Oleh karena itu, TSI melakukan survey ini demi mengetahui jenis-jenis, populasi, dan penyebaran primata endemik Kepulauan Mentawai serta mengindentifikasi tindakan-tindakan konservasi lanjutan yang akan dilakukan ke depannya.”Langkah pertama Taman Safari Indonesia dalam mengatasi penurunan populasi primata endemik di Kepulauan Mentawai dengan cara melakukan penelitian dahulu terhadap jumlah populasi di alam. Selanjutnya melakukan kegiatan konservasi melalui program monitoring populasi satwa, membantu Taman Nasional Siberut membangunkan kandang sementara untuk primata yang disita dan akan dilepaskan balik ke hutan,” depannya, TSI juga akan melakukan konservasi edukasi untuk masyarakat Mentawai yang hidup dekat dengan tempat tinggal primata tersebut. Dimulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA dengan tujuan agar masyarakat teredukasi sejak dini mengenai pentingnya konservasi satwa primata. “Dari sisi pencegahan terhadap satwa primata endemik dilakukan koordinasi antar tokoh adat, tokoh pemuda, instansi pemerintah, dan lembaga-lembaga yang terkait terhadap kawasan di Kepulauan Mentawai,” pungkasnya. ega/idr Beruk mentawai Macaca pagensis di Taman Safari, Cisarua, Jawa Barat, Indonesia. Foto Wikipedia/Sakurai Midori Penulis Hamdi, Kontributor Garda Animalia Kepulauan Mentawai yang berada di Provinsi Sumatera Barat memiliki empat jenis primata endemik satu-satunya di dunia. Primata ini adalah Lutung mentawai Presbytis potenziani, Siamang kerdil Hylobates klosii, Beruk mentawai Macaca pagensis, dan Monyet ekor babi Simias concolor. Satwa-satwa primata ini mewakili beberapa marga primata yang ada di Indonesia dan dapat ditemukan di di dalam Kawasan Taman Nasional Siberut. Kepulauan Mentawai, terpisah pada jaman Pleistosen atau sekitar 500 juta tahun yang silam dengan daratan Asia. Keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau memicu terbentuknya jenis khas setiap pulau. Hutan tropis di wilayah ini memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi. Peneliti memperkirakan sekitar 65 persen mamalia dan 14 jenis burung merupakan satwa endemik. Keberadaan primata endemik kepulauan Mentawai terancam oleh penebangan hutan, pembukaan lahan untuk perkebunan, permukiman dan penggunaan Kawasan Ekonomi Khusus KEK. Selain itu, kegiatan perburuan dan perdagangan disinyalir masih marak terjadi di kawasan ini. Kebakaran hutan juga menjadi salah satu ancaman bagi primata-primata ini. Yuk kita kenalan dengan primata endemik Mentawai! 1. Siamang Kerdil Siamang kerdil. Foto Siamang kerdil atau dalam bahasa latinnya Hylobates klossii merupakan primata endemik kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Satwa ini disebut bilou oleh masyarakat lokal. Habitat bilou berupa hutan primer dan sekunder, dari daerah pantai hingga perbukitan. Namun kadang-kadang ditemukan hidup di hutan bakau. Kera ini memiliki kemiripan dengan Siamang, namun berukuran lebih kecil dengan berat tubuh hantan dan betina dewasa rata-rata 5,5 kg dan panjang tubuh rata-rata 45 cm. Tubuh bilou ditutupi rambut berwarna hitam, namun rambut tumbuh jarang dan tidak selebat seperti keluarga owa yang lainnya. Seperti kerabatnya, kera ini juga memiliki suara khas dengan alunan suara yang lebih merdu dibandingkan jenis siamang lain. Fakta Tragis di Balik Tren Pelepasan Burung untuk Acara Peresmian Bilou masuk dalam daftar satwa dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P106 Tahun 2022 tentang Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Kera endemik ini juga masuk dalam daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam IUCN dengan status Rentan/Vulnerable VU. Primata ini juga terdaftar dalam status appendix I dalam Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Spesies Terancam CITES yang berarti satwa ini dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. 2. Beruk Mentawai Beruk mentawai atau bokoi. Foto Ist Beruk mentawai atau Macaca pagensis merupakan primata sejenis monyet yang tersebar di Kepulauan Mentawai. Masyarakat lokal menyebut beruk ini dengan nama Bokoi/Siteut. Satwa ini sering ditemui di beberapa habitat seperti hutan bakau, hutan pantai, hutan sekunder, hutan primer, dan hutan-hutan di dekat pemukiman warga. Beruk ini terdiri dari 2 subspesies yaitu M. pagensis pagensis yang tersebar di kawasan Sipora, Pagai Utara dan Selatan serta M. pagensis siberu yang tersebar di Siberut. Bokoi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan beruk, namun dengan ukuran tubuh yang lebih keci. Beruk ini memiliki panjang tubuh berkisar 40-50 cm, panjang ekor berkisar 15-35 cm dan berat tubuh berkisar 10-12,5 kg. Primata endemik ini memiliki ciri khas yaitu warna rambut bagian pipi berwarna putih dengan mahkota berwarna coklat. Ciri lainnya rambut pada dahi, puncak dan mantel agak panjang serta jambang pada pipi berwarna kelabu kecoklatan dan mempunyai batas yang jelas. Saat bersama anggota kelompoknya, bokoi mengeluarkan bunyi ’Kof…Kof…Kof…Kon…Kon…Kon..Kon, yang sangat keras dan disambut berulang-ulang oleh anggota lainnya. Bokoi masuk dalam daftar satwa dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P106 tahun 2022 tentang Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Beruk endemik ini juga masuk dalam daftar merah IUCN dengan status Terancam punah/Critically endangered CR. Satwa ini masuk dalam status appendix II dalam CITES yang berarti bokoi dianggap tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Sebuah Upaya Mencegah Gelombang Kepunahan Primata Indonesia Baca juga Langur Borneo, Primata Langka Indonesia yang Belum Dilindungi 3. Lutung Mentawai Seekor anak Lutung Mentawai Presbytis-potenziani atau yang dalam bahasa setempat disebut Joja, dipelihara warga di Muara Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, Minggu 20/5. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/kye/18 Lutung yang memiliki nama ilmiah Presbytis potenziani merupakan primata yang dapat ditemukan di beberapa habitat seperti hutan primer dan sekunder, dataran rendah seperti hutan rawa, sekitar daerah perladangan sampai perbukitan di Kepulauan Mentawai. Penduduk setempat menyebut primata endemik ini dengan nama Joja/Ateipeipei. Joja terdiri dari 2 subspesies yaitu Presbytis potenziani potenziani yang tersebar di Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Selatan serta Presbytis potenziani siberut yang tersebar di Pulau Siberut. Primata ini memiliki ukuran sedang dengan panjang tubuh 50 cm dan panjang ekor ± 55 cm serta berat tubuh berkisar 6-6,5 kg. Joja memiliki warna tubuh hitam pada bagian dorsal dan ekor sedangkan pada bagian vetral berwarna pucat sampai coklat kemerahan. Ciri lainnya pada agian dahi, dagu, pipi berwarna putih. Bagian sekitar kelamin genital putih kekuningan dan individu jantan bagian kemaluan scrotum ditumbuhi rambut putih. Lutung ini dapat dikenal dengan suara yang terdengar serak dan keras. Satwa ini biasa bersuara pada sore hari. Kehidupan sosialnya berbeda dengan jenis primata lainnya, jantan dan betina bersuara dengan prilaku primitif, satu jantan dengan beberapa betina harem. Joja masuk dalam daftar satwa dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P106 Tahun 2022 tentang Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Kera endemik ini juga masuk dalam daftar merah IUCN dengan status Genting/Endangered EN. Satwa ini terdaftar dalam status appendix I dalam CITES yang berarti primata ini dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. 4. Lutung Babi Mentawai Lutung babi mentawai atau simakobu. Foto Dok. IUCNRedList/Wendy M. Erb Lutung babi mentawai Atau dalam bahasa latinnya Simias concolor dapat ditemukan di Hutan primer dataran rendah, hutan rawa, dan hutan perbukitan di Kepulauan Mentawai. Primata endemik ini juga dikenal dengan nama simakobu/masepsep/masepsep simabulau oleh masyarakat setempat. Simakobu terdiri dari 2 subspesies yaitu Simias concolor concolor yang tersebar di Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Selatan serta Simias concolor siberu yang tersebar di Pulau Siberut. Simakobu tergolong kelompok lutung, akan tetapi mempunyai ekor yang berbeda dengan jenis-jenis lutung lainnya. Ukuran ekornya pendek sekitar sepertiga panjang tubuhnya 8-13 cm. Lutung ini berwajah hitam dengan hidung pesek dan bentuk tubuh mirip beruk. Lutung ini memiliki panjang tubuh berkisar 45-52,5 cm dan berat tubuh berkisar 6-9 kg. Primata ini memiliki warna tubuh cokelat gelap keabu-abuan dan adapula yang berwarna keemasan dengan warna rambut pada jambul kepala dan bahu lebih gelap. Kaki dan tangan berwarna kehitam-hitaman. Simakobu masuk dalam daftar satwa dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P106 Tahun 2022 tentang Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Primata endemik ini juga masuk dalam daftar merah IUCN dengan status Terancam punah/Critically endangered CR. Satwa ini terdaftar dalam status appendix I dalam CITES yang berarti primata ini dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. WpD5pe.